Gaya hidup masyarakat posmo mau tidak mau sangat memengaruhi pilihan hidup menjadi lajang. Esther Tjahja, MA, konselor di Pastorium Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) memaparkan sembilan alasan melajang. Anda termasuk yang mana?
- Faktor keadaan. Secara statistik jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pria. Maka, perempuan hanya punya sedikit pilihan.
- Perempuan punya kesempatan lebar untuk meraih pendidikan tinggi dan berkarier hingga kerap menunda keinginan untuk menikah. Setelah mapan, justru menjadi tak mudah cari pasangan. Karena kriteria yang ditetapkan makin rumit.
- Takut berkomitmen. Ini melanda baik pria maupun perempuan. Dengan menikah, mereka takut kebebasan akan hilang terenggut begitu saja.
- Berkeluarga identik dengan penambahan biaya. Kaum pragmatis di zaman posmo cenderung memikirkan hal ini. Akhirnya, mereka memilih melajang daripada menikah.
- Sibuk memperhatikan keluarganya hingga kepentingan pribadi justru terlupakan.
- Terlena menikmati masa lajang. Baru panik saat menyadari usia sudah bertambah. Ketika merasa sudah siap, ternyata proses tidak berjalan dengan mulus.
- Puas dengan dirinya sendiri. Kesendirian tak perlu dipermasalahkan. Mereka bersikap,”Kalau ada ya boleh tapi kalau tidak ada ya tidak apa-apa.” Mereka lalu membiarkan hidupnya mengalir dan tetap bahagia dengan yang dihadapi.
- Sulit bergaul. Ada individu yang cenderung pemalu, tertutup dan susah bergaul. Lingkup pergaulan dan sosialiasasi yang terbatas makin menyulitkan mereka mendapatkan pasangan hidup.
- Punya trauma dan pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu. Bisa karena keluarga kurang harmonis atau kegagalan dalam menjalin hubungan sebelumnya. Pengkhianatan membuat orang menjadi susah percaya lagi. Begitu juga dengan kematian kekasih. Butuh waktu lama untuk memulihkan
Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih karena sudah memberikan kritik maupun saran ...Sukses buat anda.