Jalan ke Luar Stres

Stres adalah kata yang sering kita dengar dan keadaan yang dapat kita lami. Beberapa waktu yang lalu, salah satu teman saya mengalaminya karena bermasalah dengan bisnisnya. Hal-hal seperti itu memang dapat memicu timbulnya stres. Secara psikologis, stres adalah suatu tuntutan yang mendorong kita untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Pemicu stress disebut stressor. Ini dapat berupa kematian pasangan hidup, atau perceraian, konflik. Namun tidak semua stres akan menghambat perkembangan psikis seseorang, karena beberapa orang justru menjadi sangat produktif saat mengalami stres. Ini amat tergantung tipe kepribadian, kebiasaan, dan cara orang yang bersangkutan menghadapi masalah.

Secara umum, ada 2 jenis stres yang biasa Anda alami, yaitu Eustres dan Distres. Eustres adalah stres yang bersifat positif, artinya anda tetap menginginkan sesuatu meski sadar kalau hal itu akan membuat stres, misalnya ikut kuis kemudian mendapatkan hadiah 2 milyar rupiah. Di satu sisi Anda senang karena mendapatkan hadiah, tapi di sisi lain Anda juga bingung untuk menggunakan uang sebanyak itu. Distress adalah stres yang bersifat negatif. Artinya Anda tidak menginginkan hal tertentu karena Anda tahu bahwa hal itu akan membuat diri Anda stres, misalnya penderitaan fisik atau mental. Stres yang tidak diatasi dan dikelola dengan baik akan berdampak negatif bagi fisik maupun psikis Anda. Banyak penyakit yang muncul karena stres, misalnya penyakit jantung dan darah tinggi. Pada intensitas tertentu, stres dapat membuat Anda tidak berdaya, putus asa, hingga memunculkan keinginan bunuh diri.

Setelah memahami stres, apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi keadaan itu?
  1. Pahamilah terlebih dahulu akar permasalahannya. Mungkin stres yang anda alami hanyalah merupakan respon sementara terhadap kejadian menyedihkan atau mengecewakan yang baru saja terjadi. Kesadaran akan hal itu akan membuat kita mendapatkan kesadaran yang lebih tinggi tentang apa yang sedang terjadi di dalam diri kita.
  2. Menyadari bahwa semua kejadian yang terjadi ada dalam kendali Tuhan. Dalam Roma 8:28, Tuhan berjanji bahwa Dia masih tetap bekerja sampai saat ini di dalam kehidupan kita. Kristus tidak akan meninggalkan kita walaupun banyak kejadian tidak menyenangkan yang akan atau sedang kita alami. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Janji-Nya pasti akan digenapi. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk hidup dalam ketakutan.
  3. Sadarilah bahwa segala sesuatu ada waktunya (Pkh. 3:11; 17). Ada orang-orang tertentu yang cenderung perfeksionis. Mereka selalu merasa dikejar-kejar waktu dan akibatnya menjadi stres. Alkitab mengajarkan bahwa semua segala sesuatu ada waktunya. Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat. Dia memiliki sendiri. Jika kita dapat menyadari hal ini, maka hidup kita akan menjadi tenang dan dapat mempercayakan seluruh rencana hidup kita kepada-Nya.
  4. Melepaskan pengampunan terhadap orang yang telah menyakiti kita. Stres juga dapat disebabkan karena adanya konflik yang belum terselesaikan dengan baik. Maka mintalah kepada Roh Kudus untuk menyingkapkan konflik-konflik tersebut. Setelah itu ambillah langkah untuk mengampuni orang yang telah menyakiti kita. Jika belum mampu untuk mengampuni dengan tuntas, kita dapat mencari hamba Tuhan atau seorang konselor Kristen agar dapat mendampingi kita.
  5. Memakai Firman Tuhan sebagai penuntun hidup kita. Hidup ini diwarnai dengan pilihan-pilihan. Keputusan yang kita ambil dapat bersifat positif atau sebaliknya. Supaya kita tidak salah ketika membuat keputusan, maka kita harus memiliki hikmat. Hikmat yang benar selalu datang dari atas (Yak. 3:17-18). Pada dasarnya kita selalu memerlukan Tuhan, terutama saat menghadapi persoalan hidup ini. Bisa saja kita berjalan dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri dan merasa berhasil, tetapi akuilah bahwa sebenarnya kita tidak tahu apa yang kemudian akan terjadi (Yak. 4:13-17). Pasalnya, tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yoh. 15:5).
  6. Bersekutu dengan orang percaya yang lain. Persekutuan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan rohani kita. Karena dengan bersekutu, sebenarnya kita sedang saling menjaga. Dalam Pengkotbah 4:9-12, kita dapat menemukan makna dari bersekutu. Persekutuan yang baik akan menolong kita mereduksi stres. Kita harus mengakui bahwa kita selalu memerlukan kehadiran orang lain karena kita diciptakan Tuhan sebagai mahkluk sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian dapat membuat kita menjadi stres jika cara pandang terhadap kejadian itu tidak tepat. Karena itu belajarlah untuk melihat semua kejadian di dalam hidup ini dari sudut pandang Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih karena sudah memberikan kritik maupun saran ...Sukses buat anda.