Pada posting membahas pentingnya kerja keras, namun saya juga menekankan perlunya menghindari kerja keras yang tidak efisien dan efektif, kerja keras yang tanpa perencanaa, strategi dan kerja keras yang hanya sekedar mengandalkan tenaga dan otot. Simak cerita tentang cara seorang guru kungfu menguji kedua muridnya.
Pada suatu tengah malam, "Si Fu" tua memanggil kedua muridnya dan memberikan mereka tugas, "Besok pagi kalian ke hutan membawa ranting pohon. Siapa yang pulang dengan hasil yang terbanyak dialah yang keluar sebagai pemenang." Setelah memerhatikan kedua muridnya yang mendengar dengan serius, guru tersebut melanjutkan,"Waktu yang saya sediakan kepada kalian mulai jam 5 pagi sampai jam 5 sore." Kemudian ia mengambil sesuatu dari bawah meja dan berkata," Ini adalah dua bilah parang yang dapat kalian gunakan. Ada pertanyaan?"
Karena merasa tugas yang diembankannya mudah, kedua murid pun serempak menjawab, "Tidak." "Baiklah kalau begitu, kalian cepat pergi istirahat dan besok bangun lebih pagi", kata guru tersebut memberi nasihat. Mendapat tugas baru, di kepala murid yang pertama langsung terbayang besok harus bekerja lebih keras tanpa melakukan persiapan yang diperlukan. Sedangkan murid kedua langsung memeriksa parang yang disediakan oleh gurunya. Ternyata parang tersebut adalah parang tua yang kurang tajam. Maka ia pun memutuskan, besok sebelum berangkat harus mencari batu asah untuk mengasah parang terlebih dahulu. "Dengan parang yang lebih tajam hasil yang sama dapat diperoleh dengan upaya yang lebih sedikit" ia berpikir. Tantangan kedua yang terbayang di kepalanya adalah bagaimana cara membawa ranting pohon dalam jumlah yang lebih banyak secara efisien dan efektif?
Pada saat yang sama, murid yang pertama sudah tidur lelap. Sedangkan ia masih mondar-mandir di depan kamarnya memikirkan cara yang terbaik untuk membawa ranting dalam jumlah yang lebih banyak. Setelah berpikir dan mengasah otaknya, akhirnya ia menyadari bahwa ia harus juga mempersiapkan tali pengikat dan tongkat pikulan. Dengan cara memikul menggunakan tongkat pikulan, paling tidak bisa membawa dua ikatan ranting --satu di depan dan satu lagi di belakang-- dibandingkan dengan memikulnya di belakang pundak. Setelah itu ia pun pergi tidur.
Keesokannya, murid pertama karena tidak ada persiapan, termasuk mengasah parangnya, ia harus bekerja keras (yang sia-sia), karena mengunakan waktu, energi yang lebih besar untuk memotong ranting pohon. Dengan demikian dia juga harus menggunakan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena kecapaian. Belum lagi waktu yang harus digunakan untuk mencari tali pengikat. Selain itu dengan cara membawa ranting kayu yang diikat di belakang pundak, tentunya jumlah yang bisa dibawa terbatas. Ternyata murid kedua membawa hasil yang lebih banyak dengan upaya yang lebih efisien. Salam Sukses untuk Anda Sumber : Google search
Pada suatu tengah malam, "Si Fu" tua memanggil kedua muridnya dan memberikan mereka tugas, "Besok pagi kalian ke hutan membawa ranting pohon. Siapa yang pulang dengan hasil yang terbanyak dialah yang keluar sebagai pemenang." Setelah memerhatikan kedua muridnya yang mendengar dengan serius, guru tersebut melanjutkan,"Waktu yang saya sediakan kepada kalian mulai jam 5 pagi sampai jam 5 sore." Kemudian ia mengambil sesuatu dari bawah meja dan berkata," Ini adalah dua bilah parang yang dapat kalian gunakan. Ada pertanyaan?"
Karena merasa tugas yang diembankannya mudah, kedua murid pun serempak menjawab, "Tidak." "Baiklah kalau begitu, kalian cepat pergi istirahat dan besok bangun lebih pagi", kata guru tersebut memberi nasihat. Mendapat tugas baru, di kepala murid yang pertama langsung terbayang besok harus bekerja lebih keras tanpa melakukan persiapan yang diperlukan. Sedangkan murid kedua langsung memeriksa parang yang disediakan oleh gurunya. Ternyata parang tersebut adalah parang tua yang kurang tajam. Maka ia pun memutuskan, besok sebelum berangkat harus mencari batu asah untuk mengasah parang terlebih dahulu. "Dengan parang yang lebih tajam hasil yang sama dapat diperoleh dengan upaya yang lebih sedikit" ia berpikir. Tantangan kedua yang terbayang di kepalanya adalah bagaimana cara membawa ranting pohon dalam jumlah yang lebih banyak secara efisien dan efektif?
Pada saat yang sama, murid yang pertama sudah tidur lelap. Sedangkan ia masih mondar-mandir di depan kamarnya memikirkan cara yang terbaik untuk membawa ranting dalam jumlah yang lebih banyak. Setelah berpikir dan mengasah otaknya, akhirnya ia menyadari bahwa ia harus juga mempersiapkan tali pengikat dan tongkat pikulan. Dengan cara memikul menggunakan tongkat pikulan, paling tidak bisa membawa dua ikatan ranting --satu di depan dan satu lagi di belakang-- dibandingkan dengan memikulnya di belakang pundak. Setelah itu ia pun pergi tidur.
Keesokannya, murid pertama karena tidak ada persiapan, termasuk mengasah parangnya, ia harus bekerja keras (yang sia-sia), karena mengunakan waktu, energi yang lebih besar untuk memotong ranting pohon. Dengan demikian dia juga harus menggunakan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena kecapaian. Belum lagi waktu yang harus digunakan untuk mencari tali pengikat. Selain itu dengan cara membawa ranting kayu yang diikat di belakang pundak, tentunya jumlah yang bisa dibawa terbatas. Ternyata murid kedua membawa hasil yang lebih banyak dengan upaya yang lebih efisien. Salam Sukses untuk Anda Sumber : Google search
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih karena sudah memberikan kritik maupun saran ...Sukses buat anda.